Kamis, 19 Mei 2011

WAKIL BUPATI LABUHANBATU UTARA (H. MINAN PASARIBU, SH, MM) MENYAMPAIKAN SAMBUTAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA RI SELAKU KETUA UMUM PERINGATAN HARKITNAS KE 103 20 MEI TAHUN 2011

Aekkanopan. 20/05/2011. H. Minan Pasaribu, SH, MM (Wakil Bupati Labuhanbatu Utara) menghadiri Upacara Nasional Hari Kebangkitan Nasional (HARKITNAS) di lapangang POLRI Aekkanopan dalam sambutannya Bapak Wakil Bupati Labuhanbatu Utara menyampaikan Sambutan menteri Komunikasi dan Informatika RI selaku Ketua Umum Peringatan HARKITNAS ke 103 Tahun 2011 dalam upacara tersebut dihadiri oleh unsur MUSPIKA dan Siswa-siwi se-Kabupaten Labuhanbatu Utara.

Wakil Bupati Menyampaikan kepada Peserta Upacara, jika dihitung dari titik awal kebangkitan nasional tahun 1908, maka pada tahun 2011 ini kita sudah lebih 100 tahun berproses dalam kesadaran kebangsaan kita untuk menjadi bangsa yang berdaulat menjadi bangsa yang memiliki identitas dan jati diri dalam mengarungi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Wajah dan corak ke-Indonesiaan kitapun tentunya telah banyak mengalami perubahan dan perkembangan, nilai-nilai kebangsaan selam 102 tahun tersebut telah mengalami pasang surutnya, seiring dengan perubahan jaman dan tuntutan masyarakat itu sendiri. 

Perubahan dan tuntunan ini mau tidak mau, suka atau tidak suka, pasti berada dan menyatu dalam proses perjalanan bangsa Indonesia, kita telah sama-sama mengalami dan merasakan betapa perjalanan bangsa Indonesia telah berkali-kali mendapatkan gangguan tantangan dan bahkan ancaman baik dari dalam maupun dari luar negeri. Namun demikian bangsa Indonesia masih tetap kokoh dalam suatu Rumah Besar Seluruh bangsa Indonesia yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh karena itulah dalam rangka tetap menjaga konsisten nilai-nilai Kebangsaan yang telah dirintis oelh para pendahulu kita. tentunya sebagai generasi penerus perjuangan bangsa kita tidak boleh lengah dan lupa akan makna hakiki nilai-nilai kebangsaan tersebut, khusunya dalam menyikapi dan menghadapi perubahan dan kemajuan yang terus menerus akan terjadi.

Kalau kita sejenak menengok kebelakang proses lahirnya pergerakan kebangkitan nasional bahwa perjauangan para pemuda pada masa itu dihadapkan pada berbagai situasi yang sangat kompleks, Suatu situasi dimana antara ketidakadilan, pengingkaran hak asasi manusia, diskriminasi, ketidaksamaan, jurang perbedaan antara kelompok masyarakat atas dan kelompok masyarakat bawah, serta kontradiksi perikehidupan dan konflik terjadi di masyarakat, inilah faktor yang mendorong mativasi dan tekad para pemuda untuk berjuang membangun bangsa yang berdaulat, melepaskan diri dari ketidakadilan dan tindakan semena-mena serta cita-cita luhur mewujudkan kemerdekaan Indonesia. Maka lahirlah pergerakan Budi Utomo yang mampu memicu munculnya organisasi-organisai pergerakan kaum Muda, baik yang bersifat kedaerahan, politik, serikat kerja, keagamaan, kewanitaan dan Kepemudaan, organisasi-organisasi yang berdiri atas dasar kedaerahan anatara lain :
  1. Perkumpulan orang-orang Ambon (1909)
  2. Perkumpulan Golongan Minahas melalui Rukun Minahasa (1912)
  3. Panguyuban Pasundan (1913)
  4. Serikat Sumatera (1918)
kemudian lahir organisasi politik seperti Sarekat Islam (1911)dan Muncul pula Pergerakan Serikat Pekerja Seperti Vereniging Van Spoor En Tramwegpersoneel (1908) dan perserikatan Pegawai Pengadaian Bumiputera (1916), Pergerakan keagamaan seperti Muhammadiyah (1912), Persatuan Islam (1923) dan Nahdlatul Ulama (1912). Pergerakan Wanita seperti Putri Mardika (1912) dan Keutamaan Istri (1913) serta pergerakan pemuda seperti Jong Java dengan munculnya Tri koro Darmo (1915), jong Sumateranen Bond (1917), Jong Minaliasa (1918) dan munculnya organisasi kepanduan Javansolie Panvinders Organisatie (1916).

Munculnya berbagai organisasi itu, mewarnai bangkitnya nilai-nilai nasionalisme dan berlanjut pada tahun 1928 dengan bersatunya berbagai kelompok organisasi kepemudaan, mewujudkan suatu gerakan nasionalis sejati melalui sumpah pemuda " Satu Tanah Air, Satu Bangsa dan Satu Bahasa". Angkatan 1908 dan 1928 adalah contoh klasik bagaimana segolongan cendikia muda dapat menggerakkan kehidupan poltik dan diterima oleh seluruh lapisan masyarakat, isu-isu yang di usungnya seperti Koloniliasme dan imperialisme telah membangkitkan semnagt nasionalisme Indonesia. Generasi itu memeang istimewa berani menentang kolonilisme dan menyodorkan suatau keadaan lin yakni cita-cita Indonesia yang Merdeka.